A’udzu Billaahi Mi Nasysyaithaanirrajiim. Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Sejak Almarhumah Eyang saya wafat, langsung perasaan saya teramat sedih merasakan kehilangan sangat besar yang belum pernah saya rasakan sebelumnya selama saya bernafas (hidup) di dunia ini.

Tanggal 21 April 2021, di masa pandemi di rumah milik Ibu saya di Depok, Jawa Barat, jam 4.30 pagi seperti biasa alhamdulillah Allah masih memberi keluarga kami kesempatan untuk bangun tidur membuka mata untuk bersiap-siap shalat Shubuh berjamaah; yakni Ibu saya (sambil duduk di sofa) bersama Eyang saya (sambil duduk di kasur) di ruang tengah karena saya saat itu sedang berhalangan datang bulan, sedangkan Ayah saya ke mushalla / masjid komplek, adik perempuan saya biasa lebih prefer shalat sendiri di dalam kamar tengah, mbak ART sekaligus suster / perawat kami biasa juga prefer shalat sendiri, adik pria saya sedang kost karena bekerja di pabrik di Serang. Setelah itu, Ibu saya biasa ingin beli nasi uduk / nasi kuning melalui aplikasi Go-Food di handphone beliau untuk sarapan orang serumah. Namun, dari beberapa hari sebelumnya sebenarnya kondisi Eyang saya saat itu sedang kurang sehat entah kenapa batuk-batuk (tanpa keluar darah) sehingga jauh lebih sering berbaring tidur yang bahkan saya / mbak saya perlu effort mengeluarkan tenaga cukup besar / banyak untuk bantu mendudukkan beliau walau hanya di kasur saja. Ibu saya berinisiatif rutin coba memberi OBH sirup ke Eyang saya saat itu untuk ikhtiar menyembuhkan batuk beliau, sedangkan (sebagai salah satu penyesalan terberat dalam hidup saya) saat itu saya keukeuh belum berani memeriksakan / membawa Eyang saya ke rumah sakit karena parno / khawatir dengan situasi masih banyaknya pasien Covid-19 dari kabar berita TV maupun sosial media di internet.